Puisi
Penyair Syiria: Nizar Qabbani (1923-1998)
Peramal (Qariul Finjan)
Dengan mata yang cemas
dia duduk
merenungi gelas yang terbuka
kemudian berkata,
“tak usah bersedih, anakku
kau telah ditakdirkan untuk jatuh cinta.”
anakku, siapa pun yang mengorbankan dirinya
untuk kekasihnya
adalah seorang martir.
dia duduk
merenungi gelas yang terbuka
kemudian berkata,
“tak usah bersedih, anakku
kau telah ditakdirkan untuk jatuh cinta.”
anakku, siapa pun yang mengorbankan dirinya
untuk kekasihnya
adalah seorang martir.
Telah lama kupelajari ramalan
namun tak pernah kubaca gelas seperti milikmu
telah lama aku belajar ramalan
dan tak pernah kulihat penderitaan
seperti penderitaanmu
kau telah ditakdirkan
terus berlayar dalam lautan cinta
kehidupanmu telah ditakdirkan
menjadi buku air mata
dan terus terpenjara
di antara api dan air
Namun di balik seluruh kepedihan
di balik kesedihan yang mengurung kita
siang dan malam
di balik angin
udara yang basah
dan hembusan siklon
ada cinta, anakku
yang akan tetap
menjadi hal terbaik
dari sebuah takdir
Akan ada seorang perempuan
dalam hidupmu, anakku
maha besar tuhan!
matanya sungguh indah
mulut dan desah tawanya
dipenuhi bebungaan dan melodi
kecintaan dan kegilaannya pada kehidupan
melingkupi dunia
Seorang perempuan yang kau cintai
adalah seluruh duniamu
namun langitmu akan tetap mendung
jalanmu tertutup,
tertutup, anakku
Kekasihmu, anakku
tertidur dalam istana
yang dijaga ketat
siapa pun yang mencoba
mendekati dinding-dinding tamannya
atau memasuki ruangannya
dan menawarkan diri padanya
atau mengurai sanggulnya
hanya akan membuatnya musnah
hilang, anakku
Kau akan mencarinya ke manapun, anakku
kau akan bertanya pada gelombang laut
kau akan bertanya pada pantai
kau akan mengarungi samudra
dan air matamu mengalir seperti sungai
dan di akhir kehidupanmu
kau akan mengetahui bahwa
kekasihmu tak memiliki tanah,
tempat tinggal, ataupun alamat
Saat itu kau tersadar
kau telah mengejar
jejak-jejak kabut
Akan sulit, anakku
mencintai perempuan
yang tak memiliki tanah
ataupun tempat tinggal
namun tak pernah kubaca gelas seperti milikmu
telah lama aku belajar ramalan
dan tak pernah kulihat penderitaan
seperti penderitaanmu
kau telah ditakdirkan
terus berlayar dalam lautan cinta
kehidupanmu telah ditakdirkan
menjadi buku air mata
dan terus terpenjara
di antara api dan air
Namun di balik seluruh kepedihan
di balik kesedihan yang mengurung kita
siang dan malam
di balik angin
udara yang basah
dan hembusan siklon
ada cinta, anakku
yang akan tetap
menjadi hal terbaik
dari sebuah takdir
Akan ada seorang perempuan
dalam hidupmu, anakku
maha besar tuhan!
matanya sungguh indah
mulut dan desah tawanya
dipenuhi bebungaan dan melodi
kecintaan dan kegilaannya pada kehidupan
melingkupi dunia
Seorang perempuan yang kau cintai
adalah seluruh duniamu
namun langitmu akan tetap mendung
jalanmu tertutup,
tertutup, anakku
Kekasihmu, anakku
tertidur dalam istana
yang dijaga ketat
siapa pun yang mencoba
mendekati dinding-dinding tamannya
atau memasuki ruangannya
dan menawarkan diri padanya
atau mengurai sanggulnya
hanya akan membuatnya musnah
hilang, anakku
Kau akan mencarinya ke manapun, anakku
kau akan bertanya pada gelombang laut
kau akan bertanya pada pantai
kau akan mengarungi samudra
dan air matamu mengalir seperti sungai
dan di akhir kehidupanmu
kau akan mengetahui bahwa
kekasihmu tak memiliki tanah,
tempat tinggal, ataupun alamat
Saat itu kau tersadar
kau telah mengejar
jejak-jejak kabut
Akan sulit, anakku
mencintai perempuan
yang tak memiliki tanah
ataupun tempat tinggal