Dua Ratus Empat Puluh Menit
Detik berjalan begitu
cepat di dua ratus empat puluh menit yang mendebarkan pagi itu.
Sinar lampu yang
temaram membias di tengah udara dingin yang menggelitik.
Debar jantung
berpacu dengan desah rindu yang membuncah tak tertahan.
Ah.. penantian
panjang yang menyiksa akhirnya terlunaskan..
Aliran kata dan
syair begitu rakus dilahap oleh laparnya
jiwa
Alunan lute dan senandung nirwana menggema di
sela senyum dan tawa
Aku berada dalam
gelembung dunia asing yang memabukkan
Sampai tak lagi
kukenal siapa diri ini
Bagai Alice yang
memasuki dunia ajaib, aku berkelana di dua ratus empat puluh menit yang
mencerahkan pagi itu
Aku tak
menginginkan jalan untuk kembali…
Ingin terus
kutelusuri nama-nama, sonata-sonata, dan tempat-tempat yang baru kudengar
namanya pagi itu
Darimu, sang
pengelana tempat dan waktu
Dua ratus empat
puluh menit yang menggetarkan itu pun berakhir
Meninggalkanku
dalam dahaga dan lapar yang belum sirna..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar