Selasa, 13 September 2011

KENANGAN & DO’A UNTUK EMIH TERCINTA
(12 Mei 1945 – 12 September 2011)
Emih tersayang,
Begitu banyak kenangan yang engkau tinggalkan..
Suka, duka, sedih, bahagia, kau selalu ada menguatkan kami..
Serasa baru kemarin kau terlihat bahagia
Menyongsong pernikahan dan kelahiran cucu serta cicit tercinta..
Serasa baru kemarin terdengar nasehatmu..
Mengingatkan kami semua untuk hidup rukun dan saling mengasihi..

Emih tersayang,
Betapa berat deritamu..
Menanggung sakit dan nyeri di bawah sadarmu..
Betapa dalam duka kami
Melihatmu tak berdaya dengan linangan air mata..

Emih tersayang,
Sekarang  kau telah pergi..
Meninggalkan kami semua yang sangat mengasihi dan menghormatimu..
Jiwa sosialmu yang tinggi menjadi cermin hidup buat kami
Keramahan dan ketulusanmu pada sesama menjadi teladan perilaku kami
Semua kebaikanmu senantiasa hidup dan ada diantara kami..

Emih sayang,
Hari-hari tidak akan pernah sama tanpa kehadiranmu..
Keceriaan kami tidak akan lengkap lagi tanpa tawa dan candamu..
Semoga engkau tenang dan bahagia menyongsong kehidupan selanjutnya
Semoga dilapangkan jalan pulangmu menghadap-Nya..
Semoga kesabaran dan keikhlasan dalam detik-detik terakhir hidupmu
Menjadi penghapus dosa dan khilafmu selama di dunia..

Ya Allah Ya Rabb.. Sambutlah Emih dengan ridho-mu..
Amien.. Amien Ya Rabbal Alamiin..

Kamis, 08 September 2011

MORNING NOTES
Three days to Eid ul-Fitr.. The atmosphere of the holy day has been spreading through the windows to the streets, markets and homes.. Feels so good and peaceful..
The scenes are somewhat the same every year. All TV channels are presenting ramadhan updates : from suhoor show, tausiah from famous ustadzs, special fashion to favorite foods for Eid ul-Fitr..  ‘Mudik’ updates keeps on all tv stations, showing heavy transportation from cities to all remote destinations. Breaking news are ranging from rising train and bus tickets fare to the life threatening accidents.. So particular..
But there’s something different in my family preparation for Eid ul-Fitr this time. Usually a week before Eid, we were staying at home to clean up the house, stacking the cookies at the livingroom table, doing some shopings and visiting my parents and parents in law. This time, almost of all ramadhan days are spent at the hospital and my parents in law house. My mother in law collaps from her cronic diabetic disease.. ironicaly from hypoglicemia where her blood sugar was droping significanly to 40 (from usualy 200), thus making her unconscious up untill now.
So our ramadhan days filled with mixed worries and prayers. All colleages, neighbours, distant families, are coming to see her condition and pray for her wellness. All her daughters, sons, daughters in law, son in law are focus on taking care of her.
Well, this is life.. The wheel of life keep moving.. And ours is at its bottom now..
But apart from the negatives side, this condition has its positives things. Teamwork spirit has been raising among the family members. Empathy as well as spirituality also coming up intensly. Afternoon and evening prayers are always recited by all family along with Qoran reading. Most of family member are having ‘ifthar’ (break fasting) together so the warm atmosphere of togetherness has enlighten the day.
I read a book recently.. It says that all that happening to us has a special purpose from God. All are being tailord specialy just for us in order to teach us something. We are asked to reveal the ‘hikmah’ between all incidents. Even a small leaf won’t fall from its tree if it’s not have God permission. So are our days.
This thingking makes me more relax and grateful. That only Allah that I need. Only Allah will support me in all my troubles and despair. My restless heart only can be calmed by the awareness of His presence..
Morning is over.. The sun slowly appears to brighten the day. Another day to encounter.. another mission must be done. The days will continue coming until our mission is accomplished. Then our soul will be called home to its Owner.. To its true home village and eternally live ever after..
My Allah guides our way to our final destination.. Amen..

Bandung, August 27th, 2011

- Servant of Allah -

Rabu, 07 September 2011

EMIH - MY GENEROUS MOTHER IN LAW..


EMIH – MY GENEROUS MOTHER IN LAW..

Kutatap wajah putih keriput yang biasanya begitu ceria dan penuh senyum itu.. Matanya tertutup, mulutnya terbuka.. terbaring tak berdaya di tempat tidur Rumah Sakit Sartika Asih.. Duh Emih, kenapa jadi begini keadaannya? Baru seminggu yang lalu kita buka puasa bersama di rumah Ina di Margahayu, di tengah semua cucu-cucu.. Saat itu Emih kelihatan cukup sehat di tengah penyakit diabetes yang semakin menggerogotinya..
Emih adalah panggilan untuk mertuaku. Beliau adalah sosok yang lengkap untuk seorang mertua.. di tengah semua kelebihan dan kekurangannya sebagai seorang manusia. Beliau adalah seseorang yang sangat ‘demanding’ dalam urusan keluarganya. Perkataan beliau adalah ‘titah’ untuk semua keluarganya (termasuk semua menantunya). Meskipun terkadang aku sering menjadi pengecualiaan dikarenakan sejarah hubungan keluarga dengan beliau yang cukup unik, he he...
Sifat yang paling menonjol dari Emih adalah kemurah-hatiannya terhadap siapa pun. Beliau tidak akan tega tidak berbagi kepada tetangga terdekat (meskipun sedang di rumahku misalnya) bila kami sedang ada makanan karena syukuran atau ada oleh-oleh dari suatu tempat. Setiap kami bepergian ke mana pun, pasti beliau selalu membeli oleh-oleh untuk tetangga, bahkan untuk setiap keluarga anak-menantunya yang ikut pergi dengannya saat itu..
Emih juga pintar memasak. Dulu semasa masih sehat, beliau biasa menerima pesanan catering untuk syukuran khitanan, pernikahan dll. Masakan khasnya adalah sayur cabai hijau, sambal goreng kentang ati ampla pete, dan gepuk. Sampai sekarang pun, di tengah kondisi fisiknya yang semakin menurun, masakan ini senantiasa ada di setiap acara keluarga kami, meskipun yang masak sekarang adalah anak-menantu ataupun saudara yang biasa membantu di rumahnya.
O ya, seperti yang aku sebutkan sebelumnya, aku punya hubungan keluarga yang cukup unik dengah Emih. Jadi aku sebenarnya ada hubungan keluarga yang cukup dekat dengan Emih. Dari garis keluarga mama-ku, Emih adalah masih sebagai ‘nenek’ untukku karena kakekku masih sepupu jauh dari Emih, dan keluarga kakekku cukup dihormati oleh keluarga Emih. Itulah sebabnya, dari sejak masa pacaran dengan suamiku, aku terkesan memang sedikit di-spesial-kan oleh Emih, karena statusku sebagai cucu dari Pak Kanda Kartawidjaja, kakekku yang cukup terpandang di daerah Emih pada zamannya dulu. Emang jadi sedikit tidak adil ya.. Tapi aku kadang menikmati perlakuan spesial ini, meskipun sebenarnya hal ini membuatku menjadi menantu yang manja he he he..
Emih juga bisa menjadi sangat tegas dan galak. Seringkali Bapak mertuaku yang menjadi sasarannya kalau beliau sedang kesal atau sedang ada keinginan. Untunglah Bapak mertuaku adalah orang yang teramat sabar dan penyayang. Semua keinginan Emih, jika yang masih sanggup beliau kerjakan, pasti dilaksanakan. Pokoknya jempol deh buat Bapak mertuaku..
Aku jadi teringat suatu masa di tahun 2004, saat aku ditinggal suamiku bertugas di Jepang selama 6 bulan. Saat itu terjadi kejadian yang cukup menantang kesabaranku sebagai seorang menantu. Saat itu Emih sangat marah kepada anak angkatnya yang tinggal bersamaku dan membantu semua keperluan keluargaku. Kalau marah seperti biasa sih gak apa-apa. Tapi ini kan marahnya Emih. Tidak ada keluarga yang berkutik saat Emih marah, apalagi orang yang menjadi objek penderita penyebab kemarahannya. Nah, saat itu Sari (anak angkatnya) memang betul-betul dibuat tak berdaya dengan semua omelan dan kemarahan Emih. Awalnya aku berusaha diam saja dengan semua tindakan dan omelan Emih ke Sari. Tapi lama-lama kok aku gak tahan ya.. Aku memang sangat sensitif, dan sangat menjunjung tinggi rasa keadilan terhadap sesama manusia. Jangankan terhadap manusia, keadilan terhadap binatang pun sangat aku pedulikan. Jangan harap aku berdiam diri saat misalnya ada anak kucing yang dijahilin oleh anak-anak di komplek. Pasti aku omelin anak-anak itu dan aku lindungi si kucing dari tangan-tangan mereka. Nah, saat itu naluri kemanusiaanku tiba-tiba memuncak, dan tak tertahankan lagi saat melihat Sari menangis dan minta maaf, tapi Emih tidak memedulikannya. Amarahku langsung memuncak, dan meledak tak tertahankan lagi. Aku menangis protes dan mengurung diri di kamar. Emih kaget melihat reaksi menantunya yang mungkin berani menentangnya. Berkali-kali pintu kamarku diketuk kakak dan adik iparku yang berusaha membujukku supaya aku keluar kamar dan memintakan maaf atas perlakuan Emih dan minta memakluminya. Tapi aku bergeming. Sakit sekali rasanya melihat ketidakadilan terjadi di rumahku, meskipun itu adalah kemarahan seorang ibu terhadap anak angkatnya. Aku memang naif, dan saat itu belum banyak makan asam garam kehidupan, sehingga masih sangat reaktif terhadap kejadian yang tidak sesuai dengan prinsip hidupku. Akhirnya apa yang terjadi? Emih-lah yang datang mengetuk pintu kamarku, dan meminta maaf..! Aku pun keluar dan memaafkannya, meskipun setelah itu sempat mengungsi beberapa hari ke rumah orangtuaku untuk menenangkan diri. Fuih, betul-betul pengalaman tak terlupakan yang tak ingin diulang lagi. Maafin Nti ya Emih, mungkin hanya Nti menantu yang berani menentang Emih.. Tapi itu dilakukan karena Nti sayang Emih, dan ingin Emih tidak terlalu jauh dalam bertindak kalau sedang marah...
Kutatap lagi wajah kurus Emih di pembaringan rumah sakit. Aku agak khawatir dengan keadaannya kali ini. Akhir tahun lalu, saat dirawat di rumah sakit yang sama karena gula darahnya naik dan maag-nya kambuh, keadaanya tidak seperti sekarang. Kali ini kesadaran Emih menurun, dan omongan-omongannya tidak nyambung dengan keadaan yang sedang terjadi. Misalnya beliau kerap menyuruh orang-orang untuk segera memasak dan menyiapkan semua makanan untuk acara lebaran. Mengajak bicara cucunya yang dikiranya sebagai orang lain. Tidak mengenali orang yang datang. Atau saat sedang ngobrol, tiba-tiba tertidur atau hilang kesadaran. Duh Emih-ku sayang, meskipun aku menantu yang tidak terlalu banyak membantu Emih, tapi aku sebenarnya sayang sama Emih, dan selalu berdoa untuk kesembuhan Emih.
Pagi ini aku mendapat kabar, bahwa Emih sudah boleh pulang dari rumah sakit. Mudah-mudahan keadaannya membaik dan kami bisa merayakan lebaran tahun ini dengan Emih yang lebih sehat.
Malam ini kupanjatkan do’a : Ya Allah, lindungilah Emih dan sembuhkanlah.. Berikanlah rahmat dan hidayah-Mu kepadanya.. Berikanlah kekuatan kepadanya untuk senantiasa bersyukur dalam sakitnya. Jadikanlah sakitnya sebagai penghapus dosa-dosanya di  masa lalu. Lembutkanlah hatinya Ya Latif.. Berkahi-lah dia..
Amien.. Amien Ya Robbal Alamin..
Bandung, 15 Agustus 2011 (15 Ramadhan 1432 H), 24.00 WIBB
Menantu-mu yang manja,

Hetty

My Special Raisha

MY SPECIAL RAISHA..

Raisha Nasywa Azalia.. Seperti namanya, Raisha selalu memberikan kegembiraan pada keluarga kami.  Di usianya yang sebentar lagi genap 7 tahun, semakin nampak karakternya yang unik dan kuat.
Proses kehamilannya yang didahului dengan riwayat keguguran, memang terbilang tidak terlalu mulus. Sebanyak apa pun aku makan, berat badanku tidak terlalu banyak naik, sehingga total kenaikan berat badan selama hamil hanya 9 kg saja.
Mungkin hal ini pula yang akhirnya berpengaruh pada proses kelahirannya. Dari awal kontraksi sampai menjelang kelahiran, pembukaan tidak berjalan lancar. Padahal dari jam 11 pagi sudah dilakukan infus oxitocyn untuk merangsang proses kelahirannya. Sudah 3 orang ibu yang melahirkan di ruang bersalin, tapi aku tetap tak bergeming. Mulesnya sedikit-sedikit, bahkan aku masih bisa membaca majalah “Parents Guide” yang menemani dengan setia.
Waktu beranjak menuju pukul 11 malam, dan proses pembukaan masih belum sempurna. Tiba-tiba suster masuk membawa tabung oksigen dan masker untuk dipakai. Ternyata detak jantung bayiku meningkat tajam, dan jika tidak ada perkembangan berarti maka harus segera dilakukan Operasi Caesar untuk segera mengeluarkannya. Akhirnya karena pembukaan  tidak maju juga, dengan berat hati dilakukanlah Operasi Caesar pada jam 11 malam untuk kelahiran putri kedua-ku. Raisha lahir dengan berat badan hanya 2,5 kg. Kecil sekali, sampai aku khawatir saat mencoba menggendongnya.. Untunglah dia tidak perlu diinkubator karena kuat menyusunya. Bahkan perawat laki-laki yang mengurusnya sampai kagum karena Raisha sudah bisa memegang botol susunya sendiri he he he..
Perkembangan Raisha dari hari ke hari terasa cepat. Di usianya yang ke 2, dia sudah pandai menyanyikan beberapa lagu anak-anak, lengkap dengan gayanya yang memukau. Rasa ingin tahunya sangat besar, sehingga ia gemar mengeksplorasi lingkungan sekitar. Bahkan, saat pertama kali diajak ke pantai, hal pertama yang dia lakukan adalah... mencicipi pasir pantai..!!
Kegemarannya yang menonjol adalah menggambar dan mewarnai. Di usianya yang ke-3 saat bersekolah di Play Group, Raisha sudah memenangkan Juara II Lomba Mewarnai tingkat PG/TK di lingkungan daerah sekolahnya. Saat TK pun, penghargaan yang kerap diraih selalu di bidang seni, terutama mewarnai.
Selain itu, Raisha hobi berkaca dan berlenggak-lenggok bak model. Meskipun penampilannya sedikit tomboy, tapi ternyata Raisha suka sekali berdandan dan mematut-matut diri di depan kaca..
Setelah duduk di kelas 1 SD Marhas, banyak perkembangan yang dicapai Raisha. Kemampuan membaca dan berhitungnya meningkat pesat. Pemahaman terhadap pelajaran pun alhamdulillah cukup baik, sehingga nilai-nilainya pun cukup memuaskan.
Kemampuan menggambarnya juga cukup menggembirakan. Sekarang Raisha senang sekali menggambar komik dan membubuhkan gelembung kata-kata untuk melengkapi gambarnya. Pada lembar TAP setiap akhir minggu, selau dia bubuhkan coretan gambarnya, baik di halaman depan atau belakang.
Satu hal lagi yang membanggakan, Raisha sekarang mulai rajin shalat. Mungkin pembiasaan yang dilakukan oleh sekolah yang mendukung hal ini. Jika kami sedang jalan-jalan di akhir minggu, Raisha akan selalu ingat waktu shalat di mana pun ia berada. Ia akan mengingatkan kami untuk segera mencari mushala untuk menunaikan shalat. Subhanallah.. mudah-mudahan hal ini akan terus tertanam sampai ia dewasa kelak.
Dalam setiap do’a selalu kupanjatkan pinta, semoga berkah dan petunjuk Allah senantiasa menyertai langkah-langkah Raisha dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Semoga ia diberikan kekuatan dan keberanian dalam menghadapi kesulitan, kerendahan hati saat mendapat kesuksesan, dan kebijaksanaan saat menentukan pilihan.
Amien.. Amien Ya Rabbal Alamin...