Sabtu, 21 Maret 2015




Dua Ratus Empat Puluh Menit







Detik berjalan begitu cepat di dua ratus empat puluh menit yang mendebarkan pagi itu.
Sinar lampu yang temaram membias di tengah udara dingin yang menggelitik.
Debar jantung berpacu dengan desah rindu yang membuncah tak tertahan.
Ah.. penantian panjang yang menyiksa akhirnya terlunaskan..

Aliran kata dan syair begitu rakus dilahap  oleh laparnya jiwa
Alunan lute dan senandung nirwana menggema di sela senyum dan tawa
Aku berada dalam gelembung dunia asing yang memabukkan
Sampai tak lagi kukenal siapa diri ini

Bagai Alice yang memasuki dunia ajaib, aku berkelana di dua ratus empat puluh menit yang mencerahkan pagi itu
Aku tak menginginkan jalan untuk kembali…
Ingin terus kutelusuri nama-nama, sonata-sonata, dan tempat-tempat yang baru kudengar namanya pagi itu
Darimu, sang pengelana tempat dan waktu

Dua ratus empat puluh menit yang menggetarkan itu pun berakhir
Meninggalkanku dalam dahaga dan lapar yang belum sirna..









Sabtu, 07 Maret 2015

Jatuh Hati (by Raisa)










ada ruang hatiku yang kau temukan
sempat aku lupakan kini kau sentuh
aku bukan jatuh cinta namun aku jatuh hati


ku terpikat pada tuturmu, aku tersihir jiwamu
terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia
ku harap kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu
ku tak harus memilikimu tapi bolehkah ku selalu di dekatmu


ada ruang hatiku kini kau sentuh
aku bukan jatuh cinta namun aku jatuh hati


ku terpikat pada tuturmu, aku tersihir jiwamu
terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia
ku harap kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu
ku tak harus memilikimu tapi bolehkah ku selalu di dekatmu


katanya cinta memang banyak bentuknya
yang ku tahu pasti sungguh aku jatuh hati


ku terpikat pada tuturmu, aku tersihir jiwamu
terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia
ku harap kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu
ku tak harus memilikimu tapi bolehkah ku selalu di dekatmu
tapi bolehkah ku selalu di dekatmu 



https://www.youtube.com/watch?v=SopD7YTvF10 

Jumat, 06 Maret 2015

RENCANA SEMESTA




 Entah apa yang direncanakan semesta..
Tanpa tanda tanpa cerita ia pertemukan kita
Tanpa belas dan tanpa kata ia alirkan rasa
Membuat jiwa ini terlunta

Seperti air yang mengaliri tanah yang gersang
Rangkaian kata dan kisah seperti menina-bobokan..
Memberikan air susunya pada bayi yang kelaparan
Sampai terlelap ia dalam senyuman

Wahai engkau yang dikirimkan semesta
Sudah selesaikah tugasmu mengenyangkan diriku?
Mengapa masih terasa haus dan lapar?
Dan mengapa kau seperti sirna ditelan masa?

Entah apa yang direncanakan semesta
Aku tak tahu jawabannya..






Kamis, 05 Maret 2015

DAHAGA















Senja merangkak perlahan mengakhiri hari

Hiruk pikuk pun berhenti..

Hening..

Hanya sesekali suara langkah pergi menjauh..



Ada yang berdenyut sakit di dada ini..

Kamu di mana?

Meski bukan kali pertama

Siksanya terasa sama, bahkan seakan menggila



Seperti Majnun yang mendamba Layla

Atau pungguk yang rindukan bulan

Aku terkapar dalam dahaga..

Lemah dalam asa yang menyirna



Dan aku pun bertanya

Akankah kemarin terulang

Atau hanya hari yang berlalu

Yang membuatku mengharu biru



Entahlah..