Sabtu, 10 Desember 2011

PENJEMPUT  RAHASIA


Ada seorang penjemput rahasia.
Sangat rahasia sehingga orang-orang yang dijemputnya tidak pernah tahu jadwal keberangkatannya. Tidak pernah punya waktu untuk melakukan persiapan terakhir walaupun itu hanya sekedar pesan kepada orang rumah. Walaupun banyak yang berangkat pada saat yang sama, tidak pernah mereka saling mengetahui.
Penjemput rahasia itu adalah Maut..
Ya, Sang Maut benar-benar menjalankan Tugas Maha Rahasia. Walaupun ia sudah berputar-putar di sekitar orang-orang yang akan dijemputnya, sedikit sekali orang yang mengetahui kehadirannya. Berbagai tanda tentangnya memang sudah dikabarkan dan bisa menjadi acuan kedatangannya, tapi tetap saja detik-detik penjemputannya menjadi saat yang sangat mendebarkan.
Itulah yang terjadi saat Sang Maut menjemput Wa Tuti, kakak langsung dari ayahku. Tak ada tanda-tanda spesial menjelang kepergiannya yang kami sadari sebelumnya.
Tiga hari sebelum kepergiannya, dengan ijin Allah beliau datang mengunjungi rumahku dalam acara arisan keluarga. Padahal selama 10 tahun aku menempati rumah ini, belum pernah sekalipun Wa Tuti berkesempatan datang ke rumah. Biasanya kami hanya bertemu setahun sekali di acara halal bihalal keluarga besar ayahku saat Lebaran, dan sesekali di acara undangan keluarga atau arisan keluarga.
Beliau masih tetap seperti dulu saat aku kecil  dan sering menginap di rumahnya. Sikap santun dan lemah lembutnya masih menjadi ciri khas pembawaannya. Kami bersalaman sampai dua kali di awal acara arisan itu (dan ternyata kerabatku yang lain juga disalaminya dua kali di awal kedatangannya).
Di acara arisan itu kebetulan beliau pulang terakhir karena dijemput menantunya agak sore, sehingga kami berkesempatan ngobrol dan berinteraksi lebih lama. Malahan beliau sempat bercanda menggoda ayahku yang mengantuk di sofa, dan menemani keponakanku menggambar bulat-bulat di kertas sampai penuh. Benar-benar aktifitas yang sudah lama sekali tidak pernah aku lihat dan nikmati bersamanya.
Beliau terlihat sehat sekali di acara itu, sehingga di usianya yang ke-77 masih bisa datang dari kota Purwakarta ke Bandung untuk menghadiri arisan keluarga kami.
Keesokan harinya pun katanya beliau masih berkesempatan menjalankan ibadah puasa sunah Muharam, dan menelepon anak-anaknya saat Magrib untuk mengucapkan selamat berbuka puasa. Hanya di hari ke-2 puasa tiba-tiba beliau terserang demam dan tekanan darahnya turun drastis sehingga dilarikan ke rumah sakit terdekat. Kondisinya tidak membaik sehingga keluarga memutuskan untuk membawanya ke RS di Bandung untuk dirawat di ruang ICU.
Hanya satu hari beliau dirawat. Siang harinya kondisinya terlihat membaik, bisa diajak berbicara dan makannya pun lahap. Menjelang sore, tanda-tanda penjemputan semakin jelas. Kesadarannya menurun, dan beliau mengeluh bahwa kakinya sakit. Ibuku yang mengunjunginya mengatakan bahwa kaki kanannya mulai mengeras. Dan akhirnya  selepas Magrib, ditengah bimbingan anak bungsu dan adik iparnya, Wa Tuti pun pergi mengikuti panggilan Sang Maut menuju ke hadirat Rabb Sang Maha Pemilik. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un..
Begitu mendadak kepergiannya. Tanpa pesan. Meninggalkan keluarga dan orang-orang terdekatnya dalam kesepian dan kenangan.
Ya Rabb.. Engkaulah yang Maha Berkehendak dalam memanggil hamba-hamba-Mu pulang.. Tanpa tahu apakah dia sudah siap untuk pulang atau tidak.
Aku pernah membaca sebuah novel agama, bahwa kematian di dunia ini adalah kelahiran di dunia yang lain. Sehingga kita akan berulang kali mengalami kematian dan kelahiran kembali. Subhanallah..
Penjemput Rahasia tidak pernah istirahat dari tugasnya. Setiap detik ke seluruh penjuru dunia, ia datang dan pergi melakukan penjemputan. Tak ada seorang pun mahluk yang dapat mengelabui dan bersembunyi darinya. Semua mahluk tak akan berdaya menghadapinya.
Ya Allah Ya Rabb Yang Maha Hidup..
Hanya Engkaulah zat yang Maha Hidup, sehingga kami dapat bernafas, berjalan, dan beribadah kepada-Mu..
Tanpa-Mu kami adalah mati..
Semua hidupku, matiku, ibadahku, hanya untuk mendapat ridho Engkau..
Panggilah kami dalam keadaan khusnul khotimah ya Allah..
Izinkanlah kami menghadap-Mu dan dapat menatap wajah-Mu dengan damai..
Amien.. Ya Rabbal Alamiin..


Bandung, 11 Desember 2011





Tidak ada komentar:

Posting Komentar