Sabtu, 21 Maret 2015




Dua Ratus Empat Puluh Menit







Detik berjalan begitu cepat di dua ratus empat puluh menit yang mendebarkan pagi itu.
Sinar lampu yang temaram membias di tengah udara dingin yang menggelitik.
Debar jantung berpacu dengan desah rindu yang membuncah tak tertahan.
Ah.. penantian panjang yang menyiksa akhirnya terlunaskan..

Aliran kata dan syair begitu rakus dilahap  oleh laparnya jiwa
Alunan lute dan senandung nirwana menggema di sela senyum dan tawa
Aku berada dalam gelembung dunia asing yang memabukkan
Sampai tak lagi kukenal siapa diri ini

Bagai Alice yang memasuki dunia ajaib, aku berkelana di dua ratus empat puluh menit yang mencerahkan pagi itu
Aku tak menginginkan jalan untuk kembali…
Ingin terus kutelusuri nama-nama, sonata-sonata, dan tempat-tempat yang baru kudengar namanya pagi itu
Darimu, sang pengelana tempat dan waktu

Dua ratus empat puluh menit yang menggetarkan itu pun berakhir
Meninggalkanku dalam dahaga dan lapar yang belum sirna..









Tidak ada komentar:

Posting Komentar